Dunia Semut Oleh Harun Yahya

   Dalam perjalanannya ke sekolah setiap hari, Umar berjalan melewati halaman rumah di seberang jalan dan menunggu di sana untuk beberapa saat. Temannya yang sangat baik tinggal di dalam taman ini. Tak seorangpun tahu siapakah teman ini, tetapi Umar sangat menyayanginya. Umar tidak pernah lupa untuk mengunjungi temannya, dan sangat senang bersahabat dengannya. Lagi pula, temannya ini lebih pandai dari siapapun juga. Meskipun tubuhnya sangat kecil, teman Umar ini mampu melakukan berbagai pekerjaan penting. Ia juga sangat rajin bekerja. Ia melakukan seluruh pekerjaannya dengan sangat baik dan tepat waktu, seolah-olah ia adalah seorang prajurit dalam angkatan bersenjata. Kendatipun ia tidak bersekolah sebagaimana Umar, ia mampu melakukan berbagai macam kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan dalam hidupnya.
Tentunya engkau bertanya-tanya, siapakah teman mungil ini?
Teman rahasia Umar adalah seekor semut kecil, yang dapat melakukan berbagai pekerjaan yang menakjubkan.
Engkau mungkin belum pernah mendengar betapa terampil dan pandainya semut-semut itu. Beberapa di antara kamu bahkan mungkin menganggap mereka sebagai serangga-serangga sederhana yang berkeliaran sepanjang hari tanpa melakukan pekerjaan apapun. Akan tetapi jika ada di antara kalian yang beranggapan demikian, maka kalian telah keliru. Sebab semut, seperti halnya makhluk hidup yang lain, juga memiliki cara hidupnya sendiri.
Umar berkesempatan untuk mempelajari seluk-beluk kehidupan semut dari temannya, sang semut. Inilah yang menyebabkan mengapa Umar tidak pernah lupa mengunjungi temannya dan sangat senang bercakap-cakap dengannya.
Umar sangat takjub dengan hal-hal yang ia pelajari dari temannya tentang dunia semut. Dia ingin berbagi segalanya yang ia pelajari dengan orang lain tentang ketrampilan, kepandaian dan semua kemampuan luar biasa yang dimiliki teman kecilnya itu.
Lalu, apakah yang membuat Umar begitu gembira? Mengapa ia begitu terpesona dengan dunia semut? Engkau pasti bertanya-tanya mengapa. Kalau begitu, teruslah membaca...............
Semut memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dari kebanyakan makhluk hidup lain di dunia ini. Untuk setiap 700 juta semut yang lahir di dunia ini, hanya ada 40 bayi manusia baru. Dengan kata lain, jumlah semut di dunia lebih banyak dibandingkan jumlah manusia.
Keluarga semut juga sangat besar. Sebagai contoh, engkau mungkin mempunyai keluarga beranggotakan 4-5 orang. Sebaliknya, dalam satu keluarga semut, kadang terdapat jutaan semut. Sekarang coba pikirkan barang sejenak: jika engkau memiliki kakak dan adik laki-laki ataupun perempuan dengan jumlah jutaan, dapatkah kalian hidup dalam satu rumah? Tentu saja tidak!
Keistimewaan semut tidak hanya sebatas ini. Meskipun mereka yang berjumlah jutaan ini hidup bersama-sama, mereka tidak mempunyai masalah antara satu dengan yang lainnya, tidak ada kekacauan dan tidak terjadi keonaran. Mereka hidup dalam masyarakat yang sangat teratur rapi, dan setiap orang mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
Beberapa keluarga semut melakukan pekerjaan layaknya tukang jahit, sebagian yang lain bercocok tanam seperti petani, dan bahkan sebagian lagi ada yang memiliki peternakan-peternakan kecil dimana mereka memelihara beberapa binatang yang lebih kecil. Sebagaimana manusia yang mengembangbiakkan sapi dan mengambil susunya, semut juga beternak kutu tanaman kecil (afid) dan memanfaatkan susunya.
Umar: Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku melihat kepalanya yang mungil muncul dari dalam tanah. Kepalanya menarik perhatianku, sebab ukurannya sedikit lebih besar daripada tubuhnya. Aku heran mengapa kepalanya sebesar itu dan mulai mengamati temanku yang mungil ini. Kepala besar pada tubuhnya yang mungil membantu dalam tugasnya sebagai penjaga di pintu masuk sarangnya. Apakah kalian ingin tahu ‘bagaimana’ caranya? Ia melakukannya dengan memeriksa apakah semut-semut yang memasuki sarangnya termasuk anggota keluarganya atau bukan, dan tidak mengizinkannya masuk jika bukan termasuk keluarganya.
Segera setelah melihatnya, aku menemuinya dan bertanya apa yang sedang terjadi di dalam sarang. Temanku yang mungil mengerti rasa ingin tahuku, dan mulai bercerita kepadaku. Yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana semut-semut berkepala besar mengenali teman-teman serumah mereka dan membiarkannya masuk ke sarang.
Semut :Umar, pertama-tama aku hendak mengatakan kepadamu bahwa kami menyebut keluarga kami sebagai ‘koloni’. Dengan kata lain, kami hidup dalam masyarakat yang disebut koloni. Seekor semut dapat dengan mudah mengatakan apakah seekor semut lain termasuk anggota koloninya atau bukan. Ia melakukannya dengan cara menyentuh tubuh semut lain tersebut dengan antenanya (batang kecil tipis yang menjulur keluar dari bagian atas kepala semut), yang membantunya mengenali semut-semut asing melalui ‘bau koloni’ yang mereka miliki.. Jika semut tersebut ternyata asing, maka kami tidak akan mengizinkannya memasuki rumah kami. Bahkan terkadang kami harus menggunakan kekuatan untuk memaksa mereka pergi.
Umar kagum setelah mendengarkan tentang sistim keamanan mereka yang sempurna dan bertanya-tanya bagaimana mungkin binatang-binatang asing yang mencoba memasuki sarang tersebut akan berani melakukannya. Ketika Umar menyampaikan apa yang diikirkannya ini kepada temannya, ia tersenyum kepada Umar dan mengatakan bahwa masih banyak hal lain yang akan membuat Umar takjub.
Kemudian semut berkata: “Sekarang akan kujelaskan kepadamu tentang bagian dalam sarang kami yang kau sangat ingin ketahui. Koloni kami terdiri atas ratu semut, semut pejantan, semut prajurit, dan semut pekerja.”
Ratu semut dan semut pejantan menjaga kelestarian jenis kami. Ratu semut berukuran lebih besar dari yang lain. Tugas para semut pejantan adalah menjadikan sang ratu melahirkan bayi-bayi semut baru. Para prajurit bertanggung jawab melindungi koloni kami, berburu, dan menemukan tempat-tempat baru untuk membangun sarang. Kelompok terakhir terdiri dari semut-semut pekerja. Seluruh semut pekerja adalah semut betina yang mandul. Dengan kata lain, mereka tidak dapat melahirkan bayi-bayi semut. Mereka menjaga ratu semut serta bayi-bayinya, dan membersihkan serta memberi makan mereka. Selain itu, mereka juga melakukan pekerjaan-pekerjaan lain di dalam koloni. Mereka membangun gang-gang baru di dalam sarang, mencari makanan, dan membersihkan sarang. Di antara para semut pekerja dan prajurit juga terjadi pembagian lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Di antara mereka terdapat kelompok peternak, kelompok pembangun sarang dan kelompok pencari makanan. Sertiap kelompok mempunyai pekerjaan yang berbeda. Ketika satu kelompok bertempur melawan musuh atau berburu, satu kelompok yang lain membangun sarang, dan yang lain lagi bertanggung jawab dalam kebersihan dan perbaikan sarang.”
Saat teman Umar yang mungil menjelaskan semua hal ini, ia mendengarkannya dengan terheran-heran dan kemudian bertanya kepadanya: ”Apakah engkau tidak pernah merasa bosan dengan menunggu di pintu masuk sarang sepanjang waktu? Apa tugasmu di dalam sarang?
Semut menjawab: “Saya juga seorang pekerja, dan tugas saya di sini sebagai penjaga pintu masuk. Seperti yang kau lihat, kepalaku cukup besar untuk menutup lubang pintu masuk sarang. Saya sangat bersyukur karena memiliki kemampuan ini, dan saya melaksanakan kewajiban saya dengan senang hati. Saya tak pernah merasa bosan; bahkan sebaliknya, saya merasa sangat bahagia karena dapat melindungi teman-teman saya dari ancaman bahaya.”
Umar tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya atas jawaban tersebut. Para semut bekerja sepanjang waktu untuk menolong sesamanya, tanpa memikirkan dirinya sendiri dan tanpa merasa ada masalah – sesuatu yang bahkan manusia sendiri seringkali tidak sanggup melakukannya.
Dari apa yang telah disampaikan temannya yang mungil, Umar dapat dengan mudah memahami bahwa pekerjaan dalam sarang secara sempurna terbagi di antara para semut. Telah jelas bahwa kehidupan semut sangatlah teratur rapi dan seluruh semut tidak mementingkan dirinya sendiri. Kemudian Umar bertanya apakah mereka saling berkelahi di antara mereka karena sebagian merasa lebih baik atau lebih kuat dari yang lain. Teman Umar menjawab bahwa hal seperti itu tidak pernah terjadi dan menambahkan:
“Kami adalah keluarga besar, Umar. Tidak ada rasa cemburu, persaingan atau ambisi di antara kami. Kami selalu saling tolong-menolong dan melakukan yang terbaik untuk koloni kami. Segala sesuatu kami kerjakan dalam koloni dengan pengorbanan diri kami. Setiap semut senantiasa memikirkan kebaikan teman-temannya terlebih dahulu, baru kemudian dirinya sendiri. Contohnya begini: Ketika persediaan makanan dalam koloni berkurang, para semut pekerja segera merubah dirinya menjadi semut ‘pemberi makan’, dan mulai memberi makan semut-semut lainnya dengan makanan yang ada dalam perut mereka yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan. Ketika tersedia makanan yang cukup dalam koloni, mereka akan berubah kembali menjadi semut pekerja.
Umar mengatakan bahwa apa yang semut katakan tentang dirinya sendiri dan koloninya adalah contoh yang sangat bagus dalam hal ini. Umar merasa sangat bahagia setelah tahu bahwa Allah menciptakan semut yang sangat tidak mementingkan diri sendiri, penolong dan penuh perhatian terhadap teman-temannya. Setelah mengatakan hal ini pada semut, Umar berniat untuk setidaknya menjadi orang yang senantiasa memikirkan kebaikan orang lain sebagaimana para semut, dan menjadi orang baik yang dicintai Allah.
Keesokan harinya, Umar datang lagi ke tempat yang sama dan menunggu teman mungilnya. Setelah beberapa menit, si semut pun muncul. Umar berkata kepadanya bahwa ia sudah tidak sabar menunggu sepanjang malam untuk bertemu dengannya lagi. Lalu Umar mengingatkan tentang janji temannya untuk bercerita tentang bagian dalam sarang semut. Maka mulailah sang semut bercerita tentang rumahnya:
Meskipun kami adalah binatang yang mungil, sarang kami berukuran sangat besar, seperti halnya markas sebuah angkatan bersenjata yang besar. Jika engkau adalah seekor semut asing, kau tidak akan pernah dapat memasukinya. Sebab, sebagaimana telah kau ketahui, terdapat para penjaga seperti saya di pintu masuk.
Di bagian dalam sarang, terdapat pekerjaan yang berlangsung dengan sangat teratur rapi dan tanpa henti. Ribuan, bahkan jutaan semut prajurit dan semut pekerja melaksanakan pekerjaan mereka dengan cara yang sangat tertata rapi. Bangunan sarang kami sangat sesuai untuk pekerjaan dalam ruangan. Terdapat ruangan-ruangan khusus untuk setiap pekerjaan, dan ruangan-ruangan ini didisain sedemikian rupa agar para semut prajurit dan pekerja seperti saya dapat bekerja dengan sangat mudah dan nyaman.
Selain itu, kami mempertimbangkan seluruh kebutuhan kami saat membangun sarang. Misalnya, sarang kami mempunyai lantai-lantai di bawah tanah yang hanya membolehkan masuknya sinar matahari dengan jumlah terbatas. Akan tetapi ada juga beberapa ruangan yang membutuhkan energi matahari. Kami membangun ruangan-ruangan seperti ini pada lantai paling atas, yang menerima sinar matahari pada sudut yang paling lebar. Dan juga, ada ruangan-ruangan yang harus senantiasa berhubungan satu sama lain. Kami membangun ruangan-ruangan ini berdekatan satu sama lain, sehingga semut-semut tersebut dapat dengan mudah bertemu satu dengan yang lain. Ruang penyimpanan makanan kami, tempat dimana kelebihan material disimpan, dibangun sebagai ruangan terpisah pada salah satu sisi sarang. Lumbung-lumbung tempat kami menyimpan makanan adalah tempat-tempat yang mudah dijangkau. Selain itu, ada pula ruangan besar yang terletak tepat di pusat sarang di mana kami berkumpul bersama pada waktu-waktu tertentu.”
Ketika Umar mendengar semua itu, ia bertanya kepada teman mungilnya: “Apakah kamu benar-benar melakukan seluruh pekerjaan ini? Aku tidak tahu bahwa semut dapat melakukan pekerjaan seperti para insinyur dan arsitek yang terampil. Jika manusia hendak membangun bangunan sempurna semacam itu, mereka harus menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah dan harus bekerja sangat keras. Apakah kalian juga mendapatkan pelatihan semacam itu? Ketika menjawab pertanyaan ini, si semut justru menceritakan kepadanya hal-hal yang lebih sulit diterima akal tentang teman-temannya:
“Tidak, Umar. Semua kami memiliki berbagai kemampuan ini dalam diri kami. Hal ini tidak pernah diajarkan kepada kami, tetapi kami tahu pasti apa yang harus kami lakukan, dan kapan. Ini belum seberapa. Apa yang akan aku ceritakan kepadamu selanjutnya sungguh akan membuatmu lebih terkejut lagi.
Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, sarang kami sangatlah besar dibandingkan dengan ukuran tubuh kami. Meskipun demikian, sarang ini memiliki kehangatan yang merata. Di dalam sarang kami terdapat sistem pemanasan pusat yang sangat canggih. Dengan cara ini, suhu menjadi tidak berubah sepanjang hari. Agar hal ini terjadi, kami menutupi permukaan bagian luar sarang kami dengan bahan yang dapat mencegah panas agar tidak masuk ke dalam. Dengan demikian, kami mencegah masuknya udara dingin ke dalam sarang selama musim dingin, dan menjaga udara panas agar tetap di luar dan tidak masuk ke dalam sarang selama musim panas. Begitulah cara bagaimana kami selalu menjaga agar suhu di dalam tetap tidak berubah.”
Sungguh, jika Umar tidak pernah berjumpa dengan teman kecilnya, ia akan sulit mempercayai bahwa semut dapat melakukan semua pekerjaan ini. Umar berkata kepada si semut: “Sebelum engkau bercerita kepadaku tentang semua ini, jika seseorang datang dan berkata padaku tentang seluk-beluk sarang kalian dan bertanya siapakah yang dapat membangun sarang seperti itu, aku akan menjawab dengan jawaban yang sangat berbeda. Aku akan mengatakan bahwa sarang seperti itu hanya dapat dibangun dengan menggunakan peralatan yang sangat baik dan kerja keras dari orang-orang yang sangat terampil. Jika seseorang mengatakan kepadaku bahwa bangunan ini tidak dibangun oleh orang-orang yang berpendidikan akan tetapi oleh semut, maka kukatakan sesungguhnya bahwa aku tidak akan pernah mempercayainya.”
Saat temannya yang mungil, si semut, berbicara dengan Umar, beragam pikiran melintas dalam
benaknya. Umar berpikir bahwa semut lebih terampil daripada manusia, dan ia kini melihat hewan-hewan tersebut dengan pandangan yang berbeda dari sebelumnya. Umar mengerti bahwa semut diciptakan oleh Allah, dan ilham atau wahyu Allah yang diberikan kepada mereka setiap saat inilah yang menjadikan mereka berperilaku demikian. Kalau tidak, mereka tidak akan pernah mampu melakukan semua ini dengan sangat baik.
Di saat semua pikiran ini terbayang dalam benak Umar, teman kecilnya terus berbicara. Di saat ia melanjutkan ceritanya, Umar pun semakin tertarik saja, dan ingin menanyakan segala sesuatu yang muncul dalam pikirannya. Ia langsung saja melontarkan pertanyaan pertama yang muncul di benaknya. Ia telah diberitahu sebelumnya bahwa semut melakukan pekerjaan sebagaimana petani, lalu ia pun meminta penjelasan kepada semut bagaimana mereka melakukannya. Bagaimana seekor semut yang sedemikian kecil bercocok tanam pada lahan tanpa menggunakan satu peralatan pun, padahal seorang manusia pun akan sulit melakukannya?
Semut berkata: “Kuceritakan kepadamu satu hal lagi tentang kami. Setelah itu, akan lebih mudah untuk menjawab pertanyaanmu. Walaupun kami tampak sangat mirip, kami terbagi menjadi banyak kelompok yang berbeda berdasarkan cara hidup dan penampakan fisik kami. Ada sekitar 8.800 jenis semut yang berbeda. Semua jenis tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Semut petani adalah salah satu di antara jenis yang beragam ini. Kini, akan kuceritakan kepadamu tentang para semut yang hidup dengan bertani. Mereka disebut “Atta”, yaitu semut yang memotong daun.
Ciri yang menonjol pada “Atta” adalah kebiasaan mereka membawa potongan dedaunan yang mereka potong di atas kepala mereka. Untuk memudahkan pekerjaan ini, pertama-tama mereka membuat dan meratakan jalan setapak agar mereka dapat dengan mudah melaluinya. Jalan yang mereka lalui menuju sarang, sambil membawa potongan daun, terlihat seperti jalan raya kecil. Semut berjalan perlahan  sepanjang jalur ini, mengumpulkan semua ranting-ranting, kerikil-kerikil kecil, rumput dan tumbuhan liar pada permukaan tanah, dan memindahkan mereka. Dengan cara ini, mereka membersihkan jalan setapak yang akan mereka gunakan sendiri. Setelah kerja keras yang panjang, jalan raya tersebut menjadi lurus dan rata seakan-akan telah diratakan dengan suatu peralatan khusus. Atta berjalan menuju sarang mereka dengan melewati jalur ini, sambil bersembunyi di bawah potongan daun besar yang mereka bawa dengan rahang mereka yang mengapit kuat.

Umar: Kau mengatakan mereka bersembunyi di bawah dedaunan? Mengapa Atta merasa perlu bersembunyi di bawah dedaunan?
Semut: Atta terkadang harus berhati-hati, Umar. Misalnya, semut Atta pekerja yang berukuran sedang menghabiskan waktunya hampir sepanjang hari jauh di luar sarangnya dan membawa dedaunan. Sulit bagi mereka untuk melindungi diri mereka sendiri saat mereka melakukan hal itu, sebab mereka membawa dedaunan menggunakan rahang mereka yang biasanya digunakan untuk mempertahankan diri.
Semut: Atta terkadang harus berhati-hati, Umar. Misalnya, semut Atta pekerja yang berukuran sedang menghabiskan waktunya hampir sepanjang hari jauh di luar sarangnya dan membawa dedaunan. Sulit bagi mereka untuk melindungi diri mereka sendiri saat mereka melakukan hal itu, sebab mereka membawa dedaunan menggunakan rahang mereka yang biasanya digunakan untuk mempertahankan diri.
Umar: Jadi, kalau mereka tidak dapat melindungi diri sendiri, siapakah yang melindungi mereka?
Semut: Semut-semut pekerja pemotong daun selalu ditemani oleh para pekerja lain yang lebih kecil ukuran tubuhnya. Pekerja-pekerja ini menaiki bagian atas dedaunan yang dibawa oleh Atta dan mengawasi musuh. Di saat ada serangan musuh, mereka, walaupun ukurannya kecil, berusaha melindungi teman mereka.
Umar: Sebuah contoh lain yang mengagumkan tentang pengorbanan diri. Tapi aku ingin tahu satu hal lagi. Sebenarnya untuk apakah Atta menggunakan dedaunan ini? Mengapa Atta terus-menerus mengangkut dedaunan tersebut sepanjang hari?
Semut: Mereka membutuhkannya untuk kegiatan bertani mereka. Atta menggunakan dedaunan ini untuk menumbuhkan jamur. Semut tidak dapat memakan dedaunan tersebut. Jadi, para semut pekerja membuat gundukan dengan potongan-potongan daun ini setelah mengunyahnya, dan kemudian menempatkannya dalam bilik-bilik bawah tanah dalam sarang. Di dalam bilik ini, mereka menumbuhkan jamur pada dedaunan dan mendapatkan makanan mereka dari tunas-tunas jamur yang sedang tumbuh
Umar: Ya. Aku benar-benar sedang berusaha memahami bagaimana semut mampu melakukan itu semua. Misalnya, jika engkau memintaku untuk menumbuhkan jamur, maka ini bukanlah perkara yang sangat mudah untuk mengerjakannya. Setidaknya, aku akan harus membaca beberapa buku atau bisa juga dengan bertanya kepada orang yang benar-benar tahu bagaimana cara melakukannya. Tapi aku tahu bahwa Atta tidak pernah mendapatkan pelatihan seperti ini. Sekarang aku dapat lebih memahami mengapa engkau dan teman-temanmu sedemikian pandai. Engkau telah diciptakan sekaligus dengan kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan pekerjaanmu. Misalnya, Atta hadir di dunia ini dengan pengetahuan tentang pertanian yang sudah ada dalam dirinya. Sudah pasti, Allah, Pencipta semua makhluk hidup, telah memberi Atta ketrampilan ini. Itulah Allah yang menciptakanmu dan semua teman-temanmu beserta semua ciri-ciri yang mengagumkan ini.
Semut : Kamu benar, Umar. Kami memiliki semua pengetahuan dan kemampuan ini dalam diri kami sejak lahir. Pencipta kami, Allah, telah memberikan semua ini kepada kami sebagai rahmat.
Perilaku cerdas semut-semut tersebut menunjukkan adanya hikmah atau pengetahuan yang luar biasa. Akan tetapi hikmah ini tidak mungkin berasal dari semut-semut itu sendiri. Sebab, mereka hanyalah sekedar mahluk-mahluk kecil. Jadi kalau demikian, semua keahlian semut pasti memperlihatkan kepada manusia tentang hikmah Allah. Untuk membentangkan kebesaran-Nya dan seni penciptaan-Nya, Allah, Pencipta semut, menjadikan makhluk-makhluk kecil ini mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak akan pernah mampu mereka lakukan berdasarkan pengetahuan dan kehendak mereka sendiri. Teman Umar, semut, memperoleh sifat bawaan dalam dirinya berupa hikmah, pengetahuan, ketrampilan dan sifat pengorbanan diri yang berasal dari atau wahyu ilham Allah. Segala yang ia lakukan bukanlah merupakan bukti akan kekuasaan dan pengetahuannya, melainkan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah.
Setelah memikirkan ini semua, Umar akhirnya paham bahwa sebelumnya ia membayangkan hal-hal tertentu melalui sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi pandangannya tersebut kini telah berubah setelah melihat kenyataan yang sesungguhnya. Ia sekali lagi sadar bahwa penjelasan-penjelasan yang disampaikan mengenai makhluk hidup, bagaimana mereka muncul menjadi ada secara kebetulan, bagaimana mereka memperoleh ketrampilan mereka dengan sendirinya secara kebetulan selama jangka waktu tertentu, adalah kebohongan belaka. Bagaimana semua hal ini dapat dikatakan benar? Bayangkan, bagaimana mungkin semut-semut dapat saling “berbicara” sesamanya dengan sempurna jika mereka muncul menjadi ada hanya karena kebetulan? Bagaimana mungkin mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya tanpa ada kerancuan, dan membangun sarang yang sempurna? Disamping itu, taruhlah semua semut ini terlahir secara kebetulan dan mereka hidup hanya untuk mempertahankan diri mereka sendiri, lalu mengapa mereka mau melakukan pengorbankan diri yang besar untuk sesamanya?
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Aali ‘Imraan, 3:190-191)




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dunia Semut Oleh Harun Yahya"

Posting Komentar